kagiatan ekstra

Jumat, 11 November 2016

Full Day School atau Bete School?

 Pendidikan, tidak seperti pendapat orang-orang seperti John Locke (teori tabula rasa), pada dasarnya bukanlah penanaman atau pengisian, melainkan aktualisasi potensi siswa. Sudah sejak berabad lalu, dengan puitis Plutarch menyatakan, "Pikiran bukanlah bejana untuk diisi, tapi api untuk dinyalakan." Di zaman modern, Paulo Freire menolak apa yang disebutnya sebagai banking concept of education, yang di dalamnya siswa dianggap sebagai 'celengan' yang harus diisi guru.

Pandangan yang sejalan juga diungkapkan para ahli seperti Steven Pinker, Sir Ken Robinson, dan Noam Chomsky. Dalam metode banking, peserta didik bukan saja dianggap sebagai celengan kosong, ke dalam celengan itu pun dijejalkan terlalu banyak 'uang receh'. Bukan hanya banyak, malah tak banyak bermakna bagi kebutuhan siswa.

Mengutip George Bernard Shaw, yang terjadi dalam metode ini, bukan 'anak mengejar pengetahuan, melainkan pengetahuan mengejar anak', sampai si anak terengah-engah. Lalu, anak merasa bahwa belajar itu melelahkan. Sebagai akibatnya, mereka justru kehabisan waktu dan tenaga untuk mengembangkan kreativitas, keterampilan riset, dan kemampuan reflektif.

Sayangnya, selama ini pandangan seperti inilah yang disadari atau tidak, dominan dalam pendidikan kita. Sebaliknya, paradigma aktualisasi melibatkan proses belajar yang alami, yang sejalan dengan kenyataan bahwa seluruh apa yang hendak dipelajari manusia sebetulnya sudah ada di dalam dirinya. Ia benar-benar melibatkan inisiatif siswa. Inilah active learning sejati. Tugas guru dan lingkungan ialah mempersiapkan lahan-atmosfer dan bimbingan- yang subur (secara fisik, psikologis, dan rohani) demi berkembang-suburnya 'biji' potensi dalam diri manusia itu.

Kurikulum Pemandu

Falsafah pendidikan sebagai aktualisasi bersifat alami sekaligus lebih autentik (berjalin dan berkelindan dengan sifat kehidupan di dunia nyata), kontekstual (berjalin berkelindan dengan concern kehidupan sehari-hari), dan sejalan dengan berbagai prinsip pendidikan lainnya, yakni sekaligus sejalan dengan keharusan proses belajar bersifat fun (menyenangkan).

Di atas semuanya itu, masih ada manfaat lain yang tak boleh diabaikan. Paradigma tepat guna ini justru mengimplikasikan aspek-aspek pendidikan yang sejalan dengan temuan-temuan mutakhir di bidang ini. Termasuk, penerapan Project dan Problem Based Learning (PBL) yang di dalamnya, kurikulum -betapa pun penting- bukan merupakan aspek yang paling penting dan lebih bersifat sebagai pemandu, bukan rincian proses belajar mengajar yang kaku dan justru bisa mengerangkeng. Strategi ini juga lebih kondusif bagi pengembangan kreativitas dan berbagai karakter yang termasuk dalam 21st century skills, yang menjadi kunci kemampuan bersaing.

Sampai di sini saya kira semuanya masih sejalan dengan gagasan atau wacana full day school yang dikembangkan Mendikbud Muhadjir Effendy. Pak Muhadjir dalam penjelasannya menyampaikan bahwa tambahan waktu sekolah dalam sistem full day school tak akan dihabiskan untuk belajar yang bersifat intrakurikuler, tetapi akan diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang berorientasi pendidikan karakter melalui berbagai kegiatan yang bersifat menyenangkan.

Namun, yang sama sekali tak boleh dilupakan, paradigma ini juga melibatkan pergeseran kualifikasi guru, di samping kurikulum, dan cara penilaian (assessment) yang sesuai- yakni, penilaian berdasar portofolio yang tak hanya bersifat kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Dalam hal kompetensi guru ini, meski tentu kompetensi sektoral (atas subject matter) oleh guru tetap penting, semuanya itu tak sepenting motivasi/passion, dan profesionalisme-yakni kecintaan dan kesetiaan kepada pekerjaan mendidik dan kepada para peserta didik- yang pada gilirannya akan melahirkan intuisi mengajar yang pas dan semangat belajar guru.

Ada Persoalan

Justru di sinilah letak masalahnya. Seperti diketahui, sekolah-sekolah dasar dan menengah kita yang tersebar di seluruh pelosok negeri justru kekurangan dalam hal kompetensi-kompetensi utama guru ini. Uji kompetensi guru yang belum lama diselenggarakan hanya menghasilkan nilai rata-rata di sekitar 5 (dari 10). Itu pun baru uji kompetensi yang bersifat teoretis (betapa pun computer based).

Sejak dulu, lebih-lebih dalam kerangka paradigma baru ini, yang sebetulnya lebih penting dimiliki seorang guru- yakni motivasi dan passion yang tak bisa begitu saja diketahui lewat uji kompetensi yang bersifat teoretis seperti itu- justru merupakan masalah terbesar dalam kualifikasi guru-guru kita. Penyebabnya bisa, tapi tidak mesti bersumber dari para guru sendiri. Ada persoalan kualifikasi guru yang tidak memadai, baik dari segi latar belakang akademik maupun wawasan, juga ada persoalan rendahnya remunerasi.

Dari pengalaman penulis mengembangkan belasan sekolah untuk anak-anak dari keluarga kelas menengah yang mampu menggaji guru secara pantas, kompetensi-kompetensi yang disoroti oleh tulisan ini pun masih menjadi masalah. Apalagi, di sekolah-sekolah 'miskin' tempat anak-anak dari keluarga sederhana dan miskin bersekolah. Hal ini dengan jelas penulis dapati dalam berbagai kegiatan pelatihan puluhan ribu guru dan pendampingan puluhan sekolah yang penulis terlibat di dalamnya.

Kenyataannya, di sebagian besar wilayah di negeri kita, sekolah masih jauh dari bisa dibilang sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan, dalam lelucon sangat realistis yang banyak beredar, dikatakan bahwa mata pelajaran yang paling disukai peserta didik ialah mata pelajaran kosong. Ini karena sebaliknya dari menjadi taman yang menyenangkan, sekolah selama ini masih merupakan tempat yang membuat be-te (boring total).

Tentu, di samping kemungkinan kelebihan-kelebihannya, masih banyak persoalan lain dalam gagasan tentang full day school ini, termasuk tambahan beban biaya pendidikan, berkurangnya waktu anak dalam berinteraksi dan bermain di luar sekolah, khususnya dalam keluarga- yang notabene merupakan wahana sekolah kehidupan yang bisa tak kalah penting jika dibandingkan dengan sekolah formal. Belum lagi adanya kenyataan yang tak dapat diingkari bahwa di banyak wilayah, anak masih menyandang peran sebagai pendukung aktivitas keluarga.

Maka, tanpa menutup sama sekali, kemungkinan sistem ini bisa diterapkan dalam kondisi-kondisi yang sesuai, kiranya prioritas perlu diberikan pada perbaikan di bidang kurikulum- termasuk sistem penilaian, sebagaimana yang sekarang sedang berada dalam proses penyempurnaan-serta peningkatan kualifikasi (dan remunerasi) guru, seperti disinggung di atas. Kalau tidak, sistem full day school jangan-jangan hanya akan melahirkan be-te school, yang makin membuat be-te peserta didik di negeri kita. Akibat fatalnya ialah akan lebih banyak peserta didik membenci kegiatan belajar atau setidaknya justru terhambat dari mendapatkan manfaat maksimum dari proses belajar.
pahlawan” pada seb

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aurelliashinta/pahlawan-bukan-sekadar-dikenang_551fc547a33311a633b66bf1
“pahlawan” pada sebagian orang. Perjuangan para pahlawan yang rela gugur dalam penjajahan membuat namanya harum dikenang rakyat Indonesia. Tepat pada tanggal 10 November 2012 kemarin Indonesia tengah memperingati Hari Pahlawan. Salah satunya yaitu dengan menggelar Upacara Ziarah Nasional yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka memperingati Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. By the way, tau gak sih gimana asal-usul adanya Hari Pahlawan itu? Yap, pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Pertempuran yang melibatkan pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda itu merupakan perang pertama Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya kala itu sehingga perlawanan terus berlanjut. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Itulah segelintir kisah tentang Hari Pahlawan. Sebagai Warga Negara Indonesia pasti sangat bangga apabila mengenang perjuangan para pahlawan. Para pahlawan rela berkorban demi memberikan yang terbaik untuk Indonesia tercinta. Bagaimana dengan generasi muda sekarang? Apa yang sudah kita berikan tuk negeri tercinta ini? Jawabannya simpel, mari introspeksi diri masing-masing. Berbicara mengenai pahlawan tidak lantas membuat kita berpikir sempit kalau sosok tersebut hanya ada dimasa lalu yang rela mati demi negara. Pahlawan di masa kini tentunya tidak harus bersenjata perang dan tidak harus bercucuran darah juga kan? Sepakat ! Pahlawan-pahlawan tersebut dapat ditemukan disekitar kita, tentunya dalam masa yang berbeda dan dengan perjuangan yang berbeda pula. Ada “Guru atau Dosen” sebagai Pahlawan Pendidikan bertugas mendidik rakyat Indonesia, saat sakit ada “Dokter” sebagai Pahlawan Kesehatan yang membantu kesembuhan kita, dan masih banyak pahlawan-pahlawan di bidang lainnya. Eits, yang disebut pahlawan bukan hanya yang memiliki jabatan seperti contoh di atas saja. Tukang becak pun layak menyandang gelar pahlawan bagi keluarganya, anak-anaknya atas perjuangannya dalam mencari nafkah. Orangtua juga disebut sebagai pahlawan karena rela berkorban serta berani memperjuangkan kebahagiaan bagi sang buah hati. Well, siapapun dapat disebut pahlawan jika Ia merupakan sosok pemberani yang rela mengorbankan sesuatu bukan sekedar tuk diri sendiri, tetapi keluarga, masyarakat atau negeri tercintanya. Dewasa ini sebagian besar kalangan muda hanya mengenang jasa-jasa para pahlawan. Alangkah bijaknya jika generasi penerus ini mau belajar banyak dari pahlawan, karena dengan begitu kita menjadi generasi yang menghargai waktu, memiliki semangat nasionalisme dan memiliki solidaritas yang kuat. Belajar dari pahlawan dapat dimulai dengan cara kita memaknai hari pahlawan. Setelah itu secara bertahap mampu menumbuhkan semangat guna memiliki sikap cinta akan perjuangan pahlawan, cinta negeri, serta selalu gigih dan giat untuk mempelajari perjuangan para pahlawan. Hari pahlawan memang sudah terlewati namun tiada kata terlambat untuk terus belajar !! Berikut tips untuk Generasi Muda supaya memaknai Hari Pahlawan : Yang pertama,Kita sebagai generasi muda yang cerdas harus tahu sejarah mengenai Hari Pahlawan. Selain menambah wawasan, kita juga bisa berbagi informasi kepada orang yang membutuhkan. Kedua, (diterapkan saat berlangsungnya hari pahlawan) Ada baiknya, setelah tahu adanya hari bersejarah tersebut buatlah *ucapan selamat* di jejaring sosial, misal update status via facebook, via twitter, BBM, de-el-el. Dengan cara seperti ini setidaknya kita telah bersimpati atas hari bersejarah di Indonesia, dan (lagi) menjadi bermanfaat bagi yang lain meskipun dalam hal kecil seperti berbagi informasi seperti yang saya contohkan tadi serta menumbuhkan sikap saling mengingatkan antargenerasi lainnya. Bisa juga dengan menshare link gambar sticker tadi dan menyebarkannya, ini linknya: http://tinyurl.com/manaperjuanganmu Ketiga, melakukan perbaikan diri. Untuk mencapai perubahan yang besar kita perlu membenahi diri sendiri. Semaksimal mungkin kita melakukan introspeksi, meskipun kita tahu kalau tak ada manusia di dunia ini yang sempurna pasti semua tak luput dari kekurangannya. Misalnya melawan sifat malas, melawan kebodohan, memberi teladan minimal untuk adik-adik atau keluarga. Bukankah hal itu bagian dari perjuangan? Lalu, buatlah perubahan kecil misalnya bisa di awali dengan menulis artikel tentang Hari Pahlawan, lalu berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Ingat, meskipun sudah tidak ada perang tetapi kita wajib berjuang menjadi pahlawan bagi diri sendiri, keluarga juga orang lain. Lebih jelasnya, jangan pusing-pusing memikirkan mana yang harus diperjuangkan lebih dulu, apakah keluarga atau langsung berjuang untuk negara. Karena tugas kita adalah bersungguh-sungguh dalam berjuang, meski diawali dari nol tetaplah fokus meningkatkan perjuangan. Oke sekian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat ya sobat. Jadilah generasi muda yang turut memaknai hari pahlawan dengan perubahan-perubahan kecil yang dibuat. Penulis yakin perubahan yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil, mungkin untuk sebagian orang tidak berarti namun dari perubahan kecil yang bertahap dan berangsur meningkat tersebut kelak akan muncul pahlawan-pahlawan baru yang dibutuhkan Indonesia. Let's learn from heroes !! ^^

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aurelliashinta/pahlawan-bukan-sekadar-dikenang_551fc547a33311a633b66bf1
“pahlawan” pada sebagian orang. Perjuangan para pahlawan yang rela gugur dalam penjajahan membuat namanya harum dikenang rakyat Indonesia. Tepat pada tanggal 10 November 2012 kemarin Indonesia tengah memperingati Hari Pahlawan. Salah satunya yaitu dengan menggelar Upacara Ziarah Nasional yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka memperingati Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. By the way, tau gak sih gimana asal-usul adanya Hari Pahlawan itu? Yap, pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Pertempuran yang melibatkan pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda itu merupakan perang pertama Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya kala itu sehingga perlawanan terus berlanjut. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Itulah segelintir kisah tentang Hari Pahlawan. Sebagai Warga Negara Indonesia pasti sangat bangga apabila mengenang perjuangan para pahlawan. Para pahlawan rela berkorban demi memberikan yang terbaik untuk Indonesia tercinta. Bagaimana dengan generasi muda sekarang? Apa yang sudah kita berikan tuk negeri tercinta ini? Jawabannya simpel, mari introspeksi diri masing-masing. Berbicara mengenai pahlawan tidak lantas membuat kita berpikir sempit kalau sosok tersebut hanya ada dimasa lalu yang rela mati demi negara. Pahlawan di masa kini tentunya tidak harus bersenjata perang dan tidak harus bercucuran darah juga kan? Sepakat ! Pahlawan-pahlawan tersebut dapat ditemukan disekitar kita, tentunya dalam masa yang berbeda dan dengan perjuangan yang berbeda pula. Ada “Guru atau Dosen” sebagai Pahlawan Pendidikan bertugas mendidik rakyat Indonesia, saat sakit ada “Dokter” sebagai Pahlawan Kesehatan yang membantu kesembuhan kita, dan masih banyak pahlawan-pahlawan di bidang lainnya. Eits, yang disebut pahlawan bukan hanya yang memiliki jabatan seperti contoh di atas saja. Tukang becak pun layak menyandang gelar pahlawan bagi keluarganya, anak-anaknya atas perjuangannya dalam mencari nafkah. Orangtua juga disebut sebagai pahlawan karena rela berkorban serta berani memperjuangkan kebahagiaan bagi sang buah hati. Well, siapapun dapat disebut pahlawan jika Ia merupakan sosok pemberani yang rela mengorbankan sesuatu bukan sekedar tuk diri sendiri, tetapi keluarga, masyarakat atau negeri tercintanya. Dewasa ini sebagian besar kalangan muda hanya mengenang jasa-jasa para pahlawan. Alangkah bijaknya jika generasi penerus ini mau belajar banyak dari pahlawan, karena dengan begitu kita menjadi generasi yang menghargai waktu, memiliki semangat nasionalisme dan memiliki solidaritas yang kuat. Belajar dari pahlawan dapat dimulai dengan cara kita memaknai hari pahlawan. Setelah itu secara bertahap mampu menumbuhkan semangat guna memiliki sikap cinta akan perjuangan pahlawan, cinta negeri, serta selalu gigih dan giat untuk mempelajari perjuangan para pahlawan. Hari pahlawan memang sudah terlewati namun tiada kata terlambat untuk terus belajar !! Berikut tips untuk Generasi Muda supaya memaknai Hari Pahlawan : Yang pertama,Kita sebagai generasi muda yang cerdas harus tahu sejarah mengenai Hari Pahlawan. Selain menambah wawasan, kita juga bisa berbagi informasi kepada orang yang membutuhkan. Kedua, (diterapkan saat berlangsungnya hari pahlawan) Ada baiknya, setelah tahu adanya hari bersejarah tersebut buatlah *ucapan selamat* di jejaring sosial, misal update status via facebook, via twitter, BBM, de-el-el. Dengan cara seperti ini setidaknya kita telah bersimpati atas hari bersejarah di Indonesia, dan (lagi) menjadi bermanfaat bagi yang lain meskipun dalam hal kecil seperti berbagi informasi seperti yang saya contohkan tadi serta menumbuhkan sikap saling mengingatkan antargenerasi lainnya. Bisa juga dengan menshare link gambar sticker tadi dan menyebarkannya, ini linknya: http://tinyurl.com/manaperjuanganmu Ketiga, melakukan perbaikan diri. Untuk mencapai perubahan yang besar kita perlu membenahi diri sendiri. Semaksimal mungkin kita melakukan introspeksi, meskipun kita tahu kalau tak ada manusia di dunia ini yang sempurna pasti semua tak luput dari kekurangannya. Misalnya melawan sifat malas, melawan kebodohan, memberi teladan minimal untuk adik-adik atau keluarga. Bukankah hal itu bagian dari perjuangan? Lalu, buatlah perubahan kecil misalnya bisa di awali dengan menulis artikel tentang Hari Pahlawan, lalu berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Ingat, meskipun sudah tidak ada perang tetapi kita wajib berjuang menjadi pahlawan bagi diri sendiri, keluarga juga orang lain. Lebih jelasnya, jangan pusing-pusing memikirkan mana yang harus diperjuangkan lebih dulu, apakah keluarga atau langsung berjuang untuk negara. Karena tugas kita adalah bersungguh-sungguh dalam berjuang, meski diawali dari nol tetaplah fokus meningkatkan perjuangan. Oke sekian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat ya sobat. Jadilah generasi muda yang turut memaknai hari pahlawan dengan perubahan-perubahan kecil yang dibuat. Penulis yakin perubahan yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil, mungkin untuk sebagian orang tidak berarti namun dari perubahan kecil yang bertahap dan berangsur meningkat tersebut kelak akan muncul pahlawan-pahlawan baru yang dibutuhkan Indonesia. Let's learn from heroes !! ^^

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aurelliashinta/pahlawan-bukan-sekadar-dikenang_551fc547a33311a633b66bf1
“pahlawan” pada sebagian orang. Perjuangan para pahlawan yang rela gugur dalam penjajahan membuat namanya harum dikenang rakyat Indonesia. Tepat pada tanggal 10 November 2012 kemarin Indonesia tengah memperingati Hari Pahlawan. Salah satunya yaitu dengan menggelar Upacara Ziarah Nasional yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka memperingati Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. By the way, tau gak sih gimana asal-usul adanya Hari Pahlawan itu? Yap, pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Pertempuran yang melibatkan pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda itu merupakan perang pertama Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya kala itu sehingga perlawanan terus berlanjut. Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Itulah segelintir kisah tentang Hari Pahlawan. Sebagai Warga Negara Indonesia pasti sangat bangga apabila mengenang perjuangan para pahlawan. Para pahlawan rela berkorban demi memberikan yang terbaik untuk Indonesia tercinta. Bagaimana dengan generasi muda sekarang? Apa yang sudah kita berikan tuk negeri tercinta ini? Jawabannya simpel, mari introspeksi diri masing-masing. Berbicara mengenai pahlawan tidak lantas membuat kita berpikir sempit kalau sosok tersebut hanya ada dimasa lalu yang rela mati demi negara. Pahlawan di masa kini tentunya tidak harus bersenjata perang dan tidak harus bercucuran darah juga kan? Sepakat ! Pahlawan-pahlawan tersebut dapat ditemukan disekitar kita, tentunya dalam masa yang berbeda dan dengan perjuangan yang berbeda pula. Ada “Guru atau Dosen” sebagai Pahlawan Pendidikan bertugas mendidik rakyat Indonesia, saat sakit ada “Dokter” sebagai Pahlawan Kesehatan yang membantu kesembuhan kita, dan masih banyak pahlawan-pahlawan di bidang lainnya. Eits, yang disebut pahlawan bukan hanya yang memiliki jabatan seperti contoh di atas saja. Tukang becak pun layak menyandang gelar pahlawan bagi keluarganya, anak-anaknya atas perjuangannya dalam mencari nafkah. Orangtua juga disebut sebagai pahlawan karena rela berkorban serta berani memperjuangkan kebahagiaan bagi sang buah hati. Well, siapapun dapat disebut pahlawan jika Ia merupakan sosok pemberani yang rela mengorbankan sesuatu bukan sekedar tuk diri sendiri, tetapi keluarga, masyarakat atau negeri tercintanya. Dewasa ini sebagian besar kalangan muda hanya mengenang jasa-jasa para pahlawan. Alangkah bijaknya jika generasi penerus ini mau belajar banyak dari pahlawan, karena dengan begitu kita menjadi generasi yang menghargai waktu, memiliki semangat nasionalisme dan memiliki solidaritas yang kuat. Belajar dari pahlawan dapat dimulai dengan cara kita memaknai hari pahlawan. Setelah itu secara bertahap mampu menumbuhkan semangat guna memiliki sikap cinta akan perjuangan pahlawan, cinta negeri, serta selalu gigih dan giat untuk mempelajari perjuangan para pahlawan. Hari pahlawan memang sudah terlewati namun tiada kata terlambat untuk terus belajar !! Berikut tips untuk Generasi Muda supaya memaknai Hari Pahlawan : Yang pertama,Kita sebagai generasi muda yang cerdas harus tahu sejarah mengenai Hari Pahlawan. Selain menambah wawasan, kita juga bisa berbagi informasi kepada orang yang membutuhkan. Kedua, (diterapkan saat berlangsungnya hari pahlawan) Ada baiknya, setelah tahu adanya hari bersejarah tersebut buatlah *ucapan selamat* di jejaring sosial, misal update status via facebook, via twitter, BBM, de-el-el. Dengan cara seperti ini setidaknya kita telah bersimpati atas hari bersejarah di Indonesia, dan (lagi) menjadi bermanfaat bagi yang lain meskipun dalam hal kecil seperti berbagi informasi seperti yang saya contohkan tadi serta menumbuhkan sikap saling mengingatkan antargenerasi lainnya. Bisa juga dengan menshare link gambar sticker tadi dan menyebarkannya, ini linknya: http://tinyurl.com/manaperjuanganmu Ketiga, melakukan perbaikan diri. Untuk mencapai perubahan yang besar kita perlu membenahi diri sendiri. Semaksimal mungkin kita melakukan introspeksi, meskipun kita tahu kalau tak ada manusia di dunia ini yang sempurna pasti semua tak luput dari kekurangannya. Misalnya melawan sifat malas, melawan kebodohan, memberi teladan minimal untuk adik-adik atau keluarga. Bukankah hal itu bagian dari perjuangan? Lalu, buatlah perubahan kecil misalnya bisa di awali dengan menulis artikel tentang Hari Pahlawan, lalu berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Ingat, meskipun sudah tidak ada perang tetapi kita wajib berjuang menjadi pahlawan bagi diri sendiri, keluarga juga orang lain. Lebih jelasnya, jangan pusing-pusing memikirkan mana yang harus diperjuangkan lebih dulu, apakah keluarga atau langsung berjuang untuk negara. Karena tugas kita adalah bersungguh-sungguh dalam berjuang, meski diawali dari nol tetaplah fokus meningkatkan perjuangan. Oke sekian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat ya sobat. Jadilah generasi muda yang turut memaknai hari pahlawan dengan perubahan-perubahan kecil yang dibuat. Penulis yakin perubahan yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil, mungkin untuk sebagian orang tidak berarti namun dari perubahan kecil yang bertahap dan berangsur meningkat tersebut kelak akan muncul pahlawan-pahlawan baru yang dibutuhkan Indonesia. Let's learn from heroes !! ^^

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aurelliashinta/pahlawan-bukan-sekadar-dikenang_551fc547a33311a633b66bf1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar