Kakek adalah sosok yang luar biasa bagiku. Kakek yang selama ini
selalu menjadi motivator di dalam hidupku. Kakek yang selalu memberikan
semangat dan inspirasi untuk cucu-cucunya.
Waktu aku kecil dulu, Kakek sering mengajakku jalan-jalan. Tiap sore,
Kakek selalu mengajakku membeli makanan dan mengelilingi kota
menggunakan mobil kantor Kakek. Kakek yang hanya tamatan Sekolah Dasar,
dengan segala kemampuannya bisa menjadi supir bos besar di sebuah
perusahaan. Yang membuat aku kagum terhadap Kakek, walaupun Kakek hanya
seorang supir tapi Kakek selalu menjalankan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab.
“Apapun yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan
hasil yang memuaskan”. Pesan Kakek tersebut terbukti disaat Kakek
diangkat jabatannya menjadi seorang Pegawai di perusahaannya. Kakek
semakin fokus dalam melakukan pekerjaannya, hingga Kakek tidak
memperhatikan kesehatannya.
Dulu, saat Kakek sakit, aku sering memijat dan merawat Kakek. Aku menghampiri Kakek yang terbaring lemah di kasur.
“Kek, mau dipijitin nggak?”, tanyaku ke Kakek.
“Lia, sudah pulang sekolah ya?”, Kakek berbalik bertanya kepadaku.
“Iya, Kek”, jawabku dan aku pun memijat kaki Kakekku. Waktu itu aku masih duduk dibangku TK.
Waktu demi waktu pun berlalu. Aku yang mulai beranjak remaja, semakin
sibuk dengan dunia sekolah. Dan jarang berkumpul bersama keluarga
terutama Kakekku. Kakek sudah pensiun, badannya mulai rapuh, usianya
semakin tua, untuk membawa kendaraan motor saja sudah tidak sanggup.
Rumah Kakek dan Nenek berada jauh dari rumahku.
Waktu bulan puasa tahun 2015, Kakek datang ke rumahku diantar oleh
Paman. Kakek mengajakku untuk berkunjung ke rumahnya. Awalnya aku
menolak karena aku sudah ada janji sama temanku untuk sahur dan buka
bareng.
Saat itu, aku melihat raut kecewa di wajah Kakek. Aku merasa tidak enak.
Akhirnya aku pergi ke rumah Kakekku, dan aku menginap disana selama
tiga hari. Moment yang tidak akan pernah aku lupakan adalah dimana kami
bisa berkumpul lagi sekeluarga besar saat Hari Raya Idul Fitri. Saat itu
Kakek masih dalam keadaan sehat.
Tahun pun terus berganti. Usiaku semakin bertambah, begitu juga Kakek
yang semakin tua. Kakek mengidap penyakit diabetes, dan itu membuatnya
harus dirawat di Rumah Sakit. Sekitar setengah bulan Kakek dirawat di
Rumah Sakit, tapi aku tidak pernah sekalipun datang untuk menjenguknya.
Karena aku selalu pulang sore dan tidak mempunyai banyak waktu.
Saat Kakek diperbolehkan pulang, Kakek dirawat di rumahku. Karena lokasi
Rumah Sakit dekat dengan rumahku. Supaya tidak repot jika harus
bolak-balik check-up. Aku yang baru pulang sekolah, melihat Kakekku yang
lemas dan pucat di atas kasur. Aku hanya melihatnya dari luar kamar.
Aku teringat disaat aku kecil dulu. Aku pernah memijat dan merawat
Kakekku. Tapi sekarang, aku tidak punya waktu untuk merawat Kakekku.
Selain aku pulang sekolahnya sore, aku juga mempunyai banyak tugas
sekolah yang harus kukerjakan.
Mungkin saat itu Kakek kecewa karena aku tidak punya banyak waktu
untuk Kakek. Tibalah disaat aku harus merasakan duka, penyesalan, dan
kehilangan yang teramat sangat. Kakek menghembuskan nafas terakhirnya
pada tanggal 03 Januari 2016, satu hari sebelum aku masuk sekolah. Aku
sangat menyesal karena belum bisa menjadi cucu yang terbaik untuk Kakek.
Memang benar, penyesalan selalu datang terlambat.
“Kakek, maaf aku tidak bisa meluangkan waktuku untuk hari-hari tua
Kakek, untuk hari-hari terakhir Kakek. Maaf aku belum bisa buat Kakek
bangga. Terima kasih sudah menjadi motivator buat cucu-cucumu ini.
Terima kasih untuk setiap inspirasi yang telah Kakek berikan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar